Kamis, 22 Mei 2008

Pengamen Bus Kota

Perjalanan pulang yang seperti biasanya, dari Yogya ke Rembang. Banyak pengamen yang naik turun dari bus yang kutumpangi. Iseng-iseng kuhitung jumlah pengamen yang menemaniku dalam perjalanan itu. Satu..., dua.., tiga...dst. Tak terasa sudah dalam hitungan dua puluhan. Bila satu pengamen aku kasih seratus atau dua ratus perak, uang yang harus kukeluarkan untuk mereka sampai sekitar lima ribu. Cukup banyak...... Namun, bila tak kuberi aku tak tega. Mereka mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya dan caranya dengan menjual suara. Lebih baik begitu daripada mencuri...pikirku.

Bukan masalah uang yang kukeluarkan. Tetapi, mengapa masih ada banyak pengamen di sepanjang perjalananku. Itu baru dari Yogya ke Rembang. Belum lagi se-Indonesia. Mungkin mencapai ribuan. Apakah Indonesia tak cukup lapangan pekerjaan untuk mereka? Apakah mereka yang tak dapat bekerja selain mengamen? Indonesia yang katanya gemah ripah loh jinawi, jika menanam kayu menjadi pohon. Kaya minyak, bahan tambang, dan kekayaan lainnya apakah tak mampu untuk memakmurkan rakyatnya?

Okelah pengamen merupakan pekerjaan yang halal. Tetapi, cukupkah dengan mengamen mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka? Belum lagi rencana kenaikan BBM akan menyulitkan mereka....

Wahai pemimpin bangsa. Pimpinlah negeri ini dengan baik. Amanat dari rakyat jangan engkau ingkari...

Tidak ada komentar: